Senin, 02 November 2015

Drug Management Supply (Distribution and Use)

PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT
Pengampu :
Zudan Ady Wijaya, S. Far., Apt
Siwi Padmasari, S. Farm., Apt

Kelompok ANK 4C :
Musahadah                 (M13030014)
Rita Wahyuni              (M13030015)
Syifa Fatimah              (M13030017)
PROGRAM STUDI D III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2015
 
 
 
 
SISTEM DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN
A.   Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
Proses  distribusi yaitu  penyerahan  obat  sejak  setelah  sediaan  disiapkan  oleh  IFRS  sampai  diantarkan kepada  perawat,  dokter  atau  profesional pelayanan  kesehatan  lain  untuk  diberikan  kepada  penderita.  Sistem distribusi  obat  di  rumah  sakit  untuk  pasien  rawat  inap  adalah  tatanan  jaringan  sarana,  personel,  prosedur  dan jaminan mutu yang serasi, terpadu, dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada pasien. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan di rumah sakit sangat bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata ruang rumah sakit.  Suatu  sistem  distribusi  obat  yang  efisien  dan  efektif  sangat  tergantung  pada  desain  sistem  dan pengelolaan  yang  baik.  Suatu  sistem  distribusi obat  yang  di desain  dan  di  kelola  dengan  baik  harus  dapat mencapai berbagai hal sebagai berikut :  
  •  Ketersediaan obat tetap terpelihara
  •  Mutu dan kondisi sediaan obat tetap stabil dalam seluruh proses distribusi
  •  Kesalahan obat minimal dan keamanannya maksimum pada penderita  
  • Obat yang rusak dan kadaluarsa sangat minimal
  • Efisiensi dalam penggunaan sumber terutama personel
  •  Meminimalkan pencurian, kehilangan, pemborosan, dan penyalah gunaan obat
  • IFRS  mempunyai  akses  dalam  semua  tahap  produksi  untuk  pengendalian, pemantauan  dan  penerapan pelayanan farmasi klinik
  • Terjadinya interaksi antara dokter-apoteker-perawat-penderita
  • Harga terkendali
1               Meningkatnya penggunaan obat yang rasional
Berdasarkan distribusi obat untuk pasien rawat inap, ada empat sistem yang digunakan yaitu :
1.     Sistem floor stock lengkap
2.     Sistem resep individu atau permintaan lengkap
3.      Sistem distribusi obat dosis unit (UDDD/Unit Dose Drug Distribution)
4.     Sistem kombinasi resep individu, floor stock lengkap dan distribusi obat dosis unit.
Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi obat dibagi menjadi dua sistem, yaitu :
1.     Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi)
2.     Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi)
B.   Metode Distribusi Obat untuk Pasien Rawat Inap
1.     Sistem floor stock lengkap
Adalah  suatu  sistem  pengelolaan  dan  distribusi obat  sesuai  dengan  yang  ditulis  oleh  dokter  pada resep obat yang disiapkan oleh perawat dan persediaan obatnya juga berada di ruang perawat dan langsung diberikan pada pasien diruang rawat inap tersebut. Penggunaan  sistem    floor  stock  lengkap  dianjurkan  untuk  diminimalkan  agar  menjamin pengemasan  control dan  identifikasi  obat  walaupun  sistem  ini tetap  dipertahankan  pada  kondisi  tertentu seperti :
a.     Dalam bagian emergensi dan ruang operasi, dimana obat biasanya harus selalu cepat tersedia segera setelah mendapat resep dokter.
b.     Pada  situasi  yang  dapat  mengancam  kehidupan  pasien,  ketersediaan  obat-obat  di sekitar  pasien sangat dibutuhkan.
c.      Obat-obatan dengan harga rendah dan biasa dipakai(high volume drug) dapat dikelola dengan cara ini dengan catatan kemungkinan terjadi medication error yang kecil.
Sistem  ini  sekarang  tidak  digunakan  lagi  karena  tanggung  jawab  besar  dibebankan  pada  perawat  yaitu menginterpretasikan resep dan menyiapkan obat yang sebetulnya adalah tanggung jawab apoteker. 
Keuntungan sistem ini yaitu :
a.     Obat yang diperlukan segera tersedia bagi pasien
b.     Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
c.      Pengurangan penyalinan resep 
d.     Pengurangan jumlah personel IFRS
Keterbatasan sistem ini :
a.     Kesalahan obat sangat meningkat karena resep obat tidak dikaji langsung oleh apoteker
b.     Persediaan obat di ruang perawat meningkat dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas
c.      Pencurian obat meningkat
d.     Meningkatnya bahaya karena kerusakan obat
e.      Penambahan modal investasi untuk menyediakan fasilitas penyimpanan obat sesuai di setiap daerah perawatan pasien
f.       Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
2.     Sistem resep individual/permintaan lengkap
Sistem distribusi obat resep individual adalah sistem pengelolaan dan distribusi obat oleh IFRS sentral sesuai dengan yang tertulis pada resep yang ditulis dokter untuk setiap  penderita. Dalam sistem ini, semua obat  yang  diperlukan  untuk  pengobatan  di dispensing  dari IFRS. Resep  asli  dikirim  ke  IFRS  oleh  perawat, kemudian  resep  itu  diproses  sesuai dengan  cara  dispensing  yang  baik  dan  obat  siap  untuk  didistribusikan kepada pasien. 
Keuntungan sistem distribusi resep individual :
a.     Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang dapat memberi keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan dengan obat yang dipakai.
b.     Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-penderita.
c.      Pengendalian perbekalan yang mudah
d.     Mempermudah penagihan biaya kepada pasien
Keterbatasan dalam sistem distribusi resep individual :
a.     Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke penderita
b.     Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat
c.      Memerlukan jumlah perawat waktu yang lebih banyak untuk penyimpanan  obat di ruangan  pada waktu konsumsi obat
d.     Terjadinya kesalahan obat karena kurang pemeriksaan sewaktu penyiapan konsumsi.
3.     Kombinasi Sistem Resep Individu dan Floor Stock Lengkap
Sistem kombinasi ini biasanya diadakan untuk mengurangi beban kerja IFRS. Obat yang disediakan di ruang perawat adalah obat yang diperlukan oleh banyak pasien, setiap hari diperlukan dan biasanya adalah obat  yang  harganya  relatif  murah.  Jenis  dan  jumlah  obat  yang  tersedia  di  ruangan    ditetapkan  oleh  PFT dengan masukan dari IFRS dan pelayanan keperawatan.]
Keuntungan sistem ini :
a.     Semua resep individu dikaji langsung oleh apoteker
b.     Adanya kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien
c.      Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien
d.     Beban IFRS dapat berkurang
Keterbatasan sistem ini adalah :
a.     Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai ke pasien (obat resep individu)
b.     Kesalahan obat dapat terjadi (obat dari floor stock lengkap)
4.     Sistem Distribusi Obat Dosis Unit/Unit Dose Drug Distribution (UDDD)
Obat  dosis  unit  adalah  obat  yang  disorder  oleh  dokter  untuk  penderita,  terdiri atas  satu  atau beberapa  jenis obat yang masing-masing dalam  kemasan  dosis  unit  tunggal dalam jumlah persediaan  yang cukup untuk suatu waktu tertentu. Sistem ini memerlukan biaya awal yang besar, akan tetapi keterlibatan perawat dalam menyiapkan obat tidak begitu tinggi, selain itu mengurangi kemungkinan adanya kesalahan obat. Unsur  khusus  yang  menjadi dasar  semua  sistem  dosis  unit  adalah;  obat  dikemas  dalam  kemasan dosis unit tunggal, didispensing dalam bentuk siap konsumsi, dan untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis, diantarkan ke ruang perawatan penderita pada setiap waktu.
Ada tiga metode sistem distribusi obat dosis unit :
a.     Sistem distribusi obat dosis unit sentralisasi
Dilakukan  oleh  IFRS  ke  semua  daerah  perawatan  penderita  rawat  inap  di  RS  secara  keseluruhan. Artinya, di rumah sakit tersebut mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya cabang IFRS di beberapa daerah perawatan.
b.     Sistem distribusi obat dosis unit desentralisasi
Dilakukan  oleh  beberapa  cabang  IFRS  di  sebuah  RS.  Pada  dasarnya  sama  dengan  sistem distribusi  obat  persediaan  lengkap  di  ruang,  hanya  saja  dikelola  seluruhnya  oleh  apoteker  yang  sama dengan  pengelola  dan  pengendalian  oleh  IFRS  sentral.  Meskipun  tiap  rumah  sakit  memiliki cara  yang berbeda-beda dalam penerapannya
C.   Metode Distribusi Obat Berdasarkan Ada/Tidaknya Satelit Farmasi
1.     Sistem Pelayanan Terpusat ( sentralisasi )
Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplay langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. Permasalahan yang tejadi pada penerapan metoda ini disuatu rumah sakit adalah :
a.       Komunikasi yang terjadi  antara farmasi dengan dokter, perawat dan pasien kecil
b.       Farmasis  kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient record) dengan cepat.
2.     Sistem Pelayanan Terbagi
Desentralisasi  adalah  sistem  pendistribusian  perbekalan  farmasi yang  mempunyai cabang  didekat unit  perawatan/pelayanan.  Cabang  ini dikenal dengan  istilah  depo  farmasi/satelit.  Pada  desentralisasi, penyimpanan  dan  pendistribusian  perbekalan  farmasi ruangan  tidak  lagi dilayani oleh  pusat  pelayanan farmasi.  Instalasi  farmasi  dalam  hal  ini bertanggung  jawab  terhadap  keamanan  dan  efektivitas  perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi. Tanggung jawab farmasis dalam kaitan dengan distribusi obat disatelit farmasi :
a.     Dispensing  dosis  awal  pada  permintaan  baru  dan  larutan  intravena  tanpa  tambahan  (intravena solution without addities)
b.     Memeriksa permintaan obat dengan melihat medication administration record (MAR)
c.      Menuliskan nama generik dari obat pada MAR
d.     Memecahkan masalah yang berkaitkan dengan distribusi.


Pengelolaan dan Penggunaan Obat Secara Rasional (PPOSR)
PPOSR adalah pengelolaan obat yang dilaksanakan secara efektif dan efisien dimana pemanfaatan atau efikasi, keamanan (safety) dan mutu (quality) obat terjamin; serta penggunaan obat secara 4T + 1 W, artinya obat harus diberikan dengan tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis dan senantiasa waspada terhadap kemungkinan terjadinya efek samping obat yang tidak diinginkan.
a.     Kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat dimulai dari: pemilihan jenis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan
b.     perencanaan untuk mengadakan obat dan alatkesehatan tersebut dalam jenis, jumlah, waktu dan tempat yang tepat Universitas Sumatera Utara
c.      pengadaan berdasarkan pertimbangan danayang tersedia dan skala prioritas untuk pengadaan yang tepat
d.     penyimpanan yang tepat sesuai dengan sifat masing-masing obat dan alat kesehatan
e.      penyaluran kepada unit-unit pelayanan dan penunjang yang membutuhkan obat dan alat kesehatan tersebut di Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah Pusat, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat Inap
f.       penulisan resep oleh dokter (Prescribing Process)
g.     peracikan oleh farmasis (Dispensing Process)
h.     pemberian oleh perawat kepada penderita (Administration Process)
i.       penggunaan oleh penderita (Consuming Process)
j.       pemantauan khasiat dan keamanan obat oleh dokter, perawat, farmasis dan penderita.
          Seluruh kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat yang dimulai dari pertama sampai langkah ke 10 disebut sebagai LingkarSepuluh Kegiatan Pengelolaan Dan Penggunaan ObatSecara Rasional (LSK-PPOSR), dimana jika semua langkah dilakukan dengan tepat, maka diharapkan akan dapat mencegah timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dalam pengelolaan dan penggunaan obat serta alat kesehatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar