PRAKTIKUM FARMASI RUMAH SAKIT
Pengampu :
Zudan Ady Wijaya, S. Far., Apt
Siwi Padmasari, S. Farm., Apt
Kelompok ANK 4C :
Musahadah (M13030014)
Rita Wahyuni (M13030015)
Syifa Fatimah (M13030017)
PROGRAM STUDI D III FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI
YOGYAKARTA
2015
SISTEM
DISTRIBUSI DAN PENGGUNAAN
A.
Sistem
Distribusi Obat di Rumah Sakit
Proses distribusi yaitu
penyerahan obat sejak setelah sediaan
disiapkan oleh IFRS sampai diantarkan kepada
perawat, dokter atau profesional pelayanan
kesehatan lain untuk diberikan kepada
penderita. Sistem distribusi obat di rumah
sakit untuk pasien rawat inap adalah
tatanan jaringan sarana, personel, prosedur dan
jaminan mutu yang serasi, terpadu, dan berorientasi penderita dalam kegiatan
penyampaian sediaan obat beserta informasinya kepada pasien. Sistem distribusi
obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan di rumah sakit sangat bervariasi,
hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas
fisik, personel dan tata ruang rumah sakit. Suatu sistem
distribusi obat yang efisien dan efektif
sangat tergantung pada desain sistem dan
pengelolaan yang baik. Suatu sistem distribusi
obat yang di desain dan di kelola
dengan baik harus dapat mencapai berbagai hal sebagai berikut
:
- Ketersediaan obat tetap terpelihara
- Mutu dan kondisi sediaan obat tetap stabil dalam seluruh proses distribusi
- Kesalahan obat minimal dan keamanannya maksimum pada penderita
- Obat yang rusak dan kadaluarsa sangat minimal
- Efisiensi dalam penggunaan sumber terutama personel
- Meminimalkan pencurian, kehilangan, pemborosan, dan penyalah gunaan obat
- IFRS mempunyai akses dalam semua tahap produksi untuk pengendalian, pemantauan dan penerapan pelayanan farmasi klinik
- Terjadinya interaksi antara dokter-apoteker-perawat-penderita
- Harga terkendali
1
Meningkatnya penggunaan
obat yang rasional
Berdasarkan distribusi obat untuk pasien rawat
inap, ada empat sistem yang digunakan yaitu :
1.
Sistem floor stock
lengkap
2.
Sistem resep individu
atau permintaan lengkap
3.
Sistem distribusi obat dosis unit (UDDD/Unit
Dose Drug Distribution)
4.
Sistem kombinasi resep
individu, floor stock lengkap dan distribusi obat dosis unit.
Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi
obat dibagi menjadi dua sistem, yaitu :
1.
Sistem pelayanan
terpusat (sentralisasi)
2.
Sistem pelayanan terbagi
(desentralisasi)
B.
Metode
Distribusi Obat untuk Pasien Rawat Inap
1.
Sistem floor stock
lengkap
Adalah suatu sistem
pengelolaan dan distribusi obat sesuai dengan
yang ditulis oleh dokter pada resep obat yang
disiapkan oleh perawat dan persediaan obatnya juga berada di ruang perawat dan
langsung diberikan pada pasien diruang rawat inap
tersebut. Penggunaan sistem floor stock
lengkap dianjurkan untuk diminimalkan agar
menjamin pengemasan control dan identifikasi obat
walaupun sistem ini tetap dipertahankan pada
kondisi tertentu seperti :
a.
Dalam bagian emergensi
dan ruang operasi, dimana obat biasanya harus selalu cepat tersedia segera setelah
mendapat resep dokter.
b.
Pada situasi
yang dapat mengancam kehidupan pasien,
ketersediaan obat-obat di sekitar pasien sangat dibutuhkan.
c.
Obat-obatan dengan harga
rendah dan biasa dipakai(high volume drug) dapat dikelola dengan cara
ini dengan catatan kemungkinan terjadi medication error yang kecil.
Sistem ini sekarang
tidak digunakan lagi karena tanggung jawab
besar dibebankan pada perawat yaitu menginterpretasikan
resep dan menyiapkan obat yang sebetulnya adalah tanggung jawab apoteker.
Keuntungan sistem ini yaitu :
a.
Obat yang diperlukan
segera tersedia bagi pasien
b.
Peniadaan pengembalian
obat yang tidak terpakai ke IFRS
c.
Pengurangan penyalinan
resep
d.
Pengurangan jumlah
personel IFRS
Keterbatasan sistem ini :
a.
Kesalahan obat sangat
meningkat karena resep obat tidak dikaji langsung oleh apoteker
b.
Persediaan obat di ruang
perawat meningkat dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas
c.
Pencurian obat meningkat
d.
Meningkatnya bahaya
karena kerusakan obat
e.
Penambahan modal
investasi untuk menyediakan fasilitas penyimpanan obat sesuai di setiap daerah perawatan
pasien
f.
Diperlukan waktu
tambahan bagi perawat untuk menangani obat Meningkatnya kerugian karena
kerusakan obat
2.
Sistem resep
individual/permintaan lengkap
Sistem distribusi obat resep individual adalah
sistem pengelolaan dan distribusi obat oleh IFRS sentral sesuai dengan yang
tertulis pada resep yang ditulis dokter untuk setiap penderita. Dalam
sistem ini, semua obat yang diperlukan untuk
pengobatan di dispensing dari IFRS. Resep asli
dikirim ke IFRS oleh perawat, kemudian
resep itu diproses sesuai dengan cara dispensing
yang baik dan obat siap untuk
didistribusikan kepada pasien.
Keuntungan sistem distribusi resep individual :
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang
dapat memberi keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan dengan obat
yang dipakai.
b. Memberi kesempatan interaksi profesional antara
apoteker-dokter-perawat-penderita.
c. Pengendalian perbekalan yang mudah
d. Mempermudah penagihan biaya kepada pasien
Keterbatasan dalam sistem distribusi resep
individual :
a.
Kemungkinan
keterlambatan sediaan obat sampai ke penderita
b.
Jumlah kebutuhan
personel di IFRS meningkat
c.
Memerlukan jumlah
perawat waktu yang lebih banyak untuk penyimpanan obat di ruangan
pada waktu konsumsi obat
d.
Terjadinya kesalahan
obat karena kurang pemeriksaan sewaktu penyiapan konsumsi.
3.
Kombinasi Sistem Resep
Individu dan Floor Stock Lengkap
Sistem kombinasi ini biasanya
diadakan untuk mengurangi beban kerja IFRS. Obat yang disediakan di ruang
perawat adalah obat yang diperlukan oleh banyak pasien, setiap hari diperlukan
dan biasanya adalah obat yang harganya relatif
murah. Jenis dan jumlah obat yang tersedia
di ruangan ditetapkan oleh PFT dengan
masukan dari IFRS dan pelayanan keperawatan.]
Keuntungan sistem ini :
Keuntungan sistem ini :
a. Semua resep individu dikaji langsung oleh
apoteker
b.
Adanya kesempatan
interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien
c.
Obat yang diperlukan
dapat segera tersedia bagi pasien
d.
Beban IFRS dapat
berkurang
Keterbatasan sistem ini adalah :
a.
Kemungkinan
keterlambatan sediaan obat sampai ke pasien (obat resep individu)
b.
Kesalahan obat dapat
terjadi (obat dari floor stock lengkap)
4.
Sistem Distribusi Obat
Dosis Unit/Unit Dose Drug Distribution (UDDD)
Obat dosis
unit adalah obat yang disorder oleh
dokter untuk penderita, terdiri atas satu atau beberapa
jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit
tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Sistem ini memerlukan biaya awal yang besar, akan tetapi keterlibatan perawat
dalam menyiapkan obat tidak begitu tinggi, selain itu mengurangi kemungkinan
adanya kesalahan obat. Unsur khusus yang menjadi dasar
semua sistem dosis unit adalah; obat
dikemas dalam kemasan dosis unit tunggal, didispensing dalam bentuk
siap konsumsi, dan untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan
dosis, diantarkan ke ruang perawatan penderita pada setiap waktu.
Ada tiga metode sistem
distribusi obat dosis unit :
a.
Sistem
distribusi obat dosis unit sentralisasi
Dilakukan oleh IFRS ke semua
daerah perawatan penderita rawat inap di
RS secara keseluruhan. Artinya, di rumah sakit tersebut mungkin
hanya satu IFRS tanpa adanya cabang IFRS di beberapa daerah perawatan.
b.
Sistem
distribusi obat dosis unit desentralisasi
Dilakukan oleh beberapa cabang IFRS
di sebuah RS. Pada dasarnya sama
dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap
di ruang, hanya saja dikelola seluruhnya
oleh apoteker yang sama dengan pengelola
dan pengendalian oleh IFRS sentral. Meskipun
tiap rumah sakit memiliki cara yang berbeda-beda dalam
penerapannya
C.
Metode
Distribusi Obat Berdasarkan Ada/Tidaknya Satelit Farmasi
1.
Sistem Pelayanan
Terpusat ( sentralisasi )
Sentralisasi adalah
sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat
yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi seluruh kebutuhan perbekalan farmasi
setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar
ruangan disuplay langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. Permasalahan
yang tejadi pada penerapan metoda ini disuatu rumah sakit adalah :
a. Komunikasi yang terjadi antara farmasi dengan
dokter, perawat dan pasien kecil
b.
Farmasis kurang
dapat melihat data riwayat pasien (patient record) dengan cepat.
2.
Sistem Pelayanan Terbagi
Desentralisasi
adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi
yang mempunyai cabang didekat unit perawatan/pelayanan.
Cabang ini dikenal dengan istilah depo
farmasi/satelit. Pada desentralisasi, penyimpanan dan
pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi
dilayani oleh pusat pelayanan farmasi. Instalasi
farmasi dalam hal ini bertanggung jawab
terhadap keamanan dan efektivitas perbekalan farmasi
yang ada di depo farmasi. Tanggung jawab farmasis dalam kaitan dengan
distribusi obat disatelit farmasi :
a.
Dispensing
dosis awal pada permintaan baru dan
larutan intravena tanpa tambahan (intravena solution
without addities)
b.
Memeriksa permintaan
obat dengan melihat medication administration record (MAR)
c.
Menuliskan nama generik
dari obat pada MAR
d.
Memecahkan masalah yang
berkaitkan dengan distribusi.
Pengelolaan dan Penggunaan Obat Secara Rasional (PPOSR)
PPOSR adalah pengelolaan obat yang
dilaksanakan secara efektif dan efisien dimana pemanfaatan atau efikasi,
keamanan (safety) dan mutu (quality) obat terjamin; serta penggunaan obat secara
4T + 1 W, artinya obat harus diberikan dengan tepat pasien, tepat indikasi,
tepat obat, tepat dosis dan senantiasa waspada terhadap kemungkinan
terjadinya efek samping obat yang tidak diinginkan.
a.
Kegiatan pengelolaan dan penggunaan
obat dimulai dari: pemilihan jenis obat dan alat kesehatan yang dibutuhkan
b.
perencanaan untuk mengadakan obat
dan alatkesehatan tersebut dalam jenis, jumlah, waktu dan
tempat yang tepat Universitas Sumatera Utara
c.
pengadaan berdasarkan pertimbangan
danayang tersedia dan skala prioritas untuk pengadaan yang tepat
d.
penyimpanan yang tepat sesuai dengan
sifat masing-masing obat dan alat kesehatan
e.
penyaluran kepada unit-unit pelayanan
dan penunjang yang membutuhkan obat dan alat kesehatan tersebut di Instalasi
Gawat Darurat, Instalasi Bedah Pusat, Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Rawat
Inap
f.
penulisan resep oleh dokter (Prescribing
Process)
g.
peracikan oleh farmasis (Dispensing
Process)
h.
pemberian oleh perawat kepada
penderita (Administration Process)
i.
penggunaan oleh penderita (Consuming
Process)
j.
pemantauan khasiat dan keamanan obat
oleh dokter, perawat, farmasis dan penderita.
Seluruh kegiatan pengelolaan dan penggunaan obat yang
dimulai dari pertama sampai langkah ke 10 disebut sebagai LingkarSepuluh
Kegiatan Pengelolaan Dan Penggunaan ObatSecara Rasional (LSK-PPOSR), dimana jika
semua langkah dilakukan dengan tepat, maka diharapkan akan dapat mencegah
timbulnya masalah-masalah yang berkaitan dalam pengelolaan dan penggunaan obat
serta alat kesehatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar